08/10/12


PTK 
OLEH 
WAYAN SUDARMAYASA,SPd


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Perkembangan proses pembelajaran pada SD No. 2 Umejero yang menekankan  pada suatu proses perubahan prilaku, pembentukan karakter individu, pengembangan wawasan, dan penambahan pengetahuan yang  harus dialami oleh peserta didik, perlu kiranya dikaji kembali supaya betul-betul menjadi proses pembelajaran, dengan pencapaian hasil belajar yang sesuai dengan KKM  yaitu 60,00 dan ketuntasan belajar minimal 75%.
1
Berdasarkan hasil refleksi dalam  pembelajaran IPA semester 1 tahun pelajaran 2010/2011, pada  siswa kelas VI SD No.2 Umejero terdapat beberapa permasalahan yang berhasil teridentifikasi adalah sebagai berikut. Pertama, dalam setiap pembelajaran guru tidak pernah menjelaskan tujuan dari pembelajaran dan betapa pentingnya pelajaran yang ingin dicapai setelah selesai pembelajaran. Kedua, pendekatan yang digunakan oleh guru, selama ini masih menggunakan metode konvensional. Ketiga, pembelajaran yang terlaksana hanya sebatas teori  tanpa menuntut penerapan. Keempat, kurangnya penerapan teori belajar sosial, khususnya tentang pemodelan (modelling). Kelima,  Kemampuan seorang guru dalam menerapkan strategi pembelajaran,memilih metode yang efektif, dan menyenangkan bagi peserta  didik, tergolong rendah dan kurang variatif. Keenam, adanya keterbatasan kemampuan guru dalam penggunaan media, dan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Ketujuh, ketersediaan media pembelajaran sangatlah minim.  Kedelapan, sistem penilaian yang dilakukan oleh guru hanya  terbatas dalam hal mengukur sejauh mana siswa membangun pengetahuanya yang diceramahi oleh guru sebelumnya. Sehingga penilain hasil belajar terhadap siswa tidak kompleks. Sebagai tindakan terhadap permasalahan tersebut, seorang guru dituntut selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuannya dalam menerapkan strategi, memilih metode,danmemanfaatkan media pembelajaran secara efektif dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Permasalahan tentang peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas VI   SD No.2 Umejero, diselesaikan melalui penelitian tindakan kelas. Penelitian ini akan mengupayakan suatu strategi pembelajaran yang berhubungan dengan nilai terapan sebagai wujud nyata hasil suatu pembelajaran. Melaksanakan proses pembelajaran IPA pada SD No.2 Umejero dengan penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) bermedia animasi melalui komputer akan lebih banyak menuntut siswa untuk dapat mengeksplorasi pengalamannya dan kemudian   mengimplikasikannya dengan teori yang dipelajari. Sehubungan dengan hal tersebut, sebagai hasil akhir dari proses penelitian ini, siswa diharapkan sudah memiliki kemampuan untuk menerapkan pengetahuannya di lingkungan keluarga, dan masyarakat berdasarkan teori dan pengalaman yang sudah terintegrasi  dalam dirinya. Untuk pengetahuan yang baru bagi siswa, guru berupaya memberikan argumentasi dengan media elektronik seperti media interaktif berbantuan komputer yang menarik dan mudah dipahami oleh siswa.

Penerapan pembelajaran CTL bermedia animasi melalui komputer merupakan suatu konsepsi yang di harapkan dapat membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata, dan mendorong siswa dapat mengaitkan hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pendekatan CTL terdiri dari tujuh prinsip (constructivism, inquiry, questioning, learning community, modelling, reflection,  dan authentic assessment), dimana ketujuh dari prinsip  tersebut akan diaplikasikan ke dalam sintaks penerapan pembelajaran CTL bermedia animasi melalui komputer. Dalam penerapan pembelajaran CTL bermedia animasi melalui komputer, guru harus mampu bertindak sebagai mediator, fasilitator, motivator, serta dapat mengeksplorasi pengalaman siswa melalui multimedia  berupa animasi, video, dan lainnya, yang sesuai dengan bidang kajian yang akan di bahas, sehingga siswa dapat membangun sendiri pengetahuan atau keterampilannya sebagai suatu pengalaman yang bermakna. Dengan demikian penerapan pembelajaran CTL bermedia animasi melalui komputer merupakan keterkaitan antara  ketujuh komponen CTL  yang akhirnya bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa.

B.  Rumusan masalah

Terkait dengan uraian yang dipaparkan dalam latar belakang penelitian, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1.    Apakah dengan penerapan pembelajaran CTL bermedia animasi melalui komputer dapat  meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI pada sekolah dasar  No. 2 Umejero tahun pelajaran 2010/2011.


C.     Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan yang diharapkan dalam penerapan pembelajaran CTL bermedia animasi melalui komputer ini adalah untuk mengukur hasil belajar  yang mampu dicapai siswa dalam proses  pembelajaran IPA dengan strategi  dan media yang efektif serta bermakna dalam pembelajaran.
Secara khusus tujuan  penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas VI SD No.2 Umejero, setelah penerapan pembelajaran CTL bermedia animasi melalui komputer.

D.  Manfaat Hasil  Penelitian
1.    Manfaat Teoretis
a.    Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan pendidik guna untuk penerapan  pendidikan secara inovatif dengan strategi yang relevan.
b.    Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pedoman bagi guru yang ingin terlibat dalam proses penerapan  pendidikan, khususnya dalam pemilihan strategi pembelajaran yang efektif.

2.    Manfaat Praktis
a.    Manfaat Bagi Siswa
1) Adanya peningkatan hasil pembelajaran dalam wujud riil dan siswa tidak hanya mampu berteori, melainkan siswa juga mampu mengaplikasiknan pengetahuan yang didapat melalui pengalaman belajar yang terintegrasi dengan pengetahuannya yang diperoleh di sekolah sebagai bukti  peningkatan hasil dari suatu proses pembelajaran.
2) Siswa dapat menerapkan pengetahuannya  pada lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

b.    Manfaat Bagi Guru
1)   Melalui penerapan pembelajaran CTL bermedia animasi melalui komputer, guru akan lebih mudah menanamkan konsep materi IPA pada siswa kelas VI SD No.2 Umejero. 
2)   Dengan penerapan pembelajaran CTL bermedia animasi melalui komputer guru akan dapat memberikan penilaian yang menyeluruh tentang aspek-aspek pembelajaran IPA pada siswa SD No.2 Umejero.

c.    Manfaat Bagi Sekolah
1)   Dengan penerapan pembelajaran CTL bermedia animasi melalui komputer, sekolah akan mampu mewujudkan Visi dan Misi yang telah direncanakan, dan untuk membantu mengoptimalkan kualitas dan mutu pendidikan dengan pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran.


BAB  II
KAJIAN PUSTAKA

A.   Contextual Theacing and Learning

1.    Hakikat Pendekatan Contextual Theacing and Learning
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan. Dalam pelaksanaan pembelajaran Trianto(2008) mendifinisikan pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari hari.
6
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang terjadi hanya ketika siswa (peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat terserap dalam benak mereka dan mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari hubungan individu dengan linkungan sekitarnya.
Berdasarkan pemahaman di atas, pembelajaran kontekstual dalam kegiatan pembelajaran tidak harus dilakukan tatap muka di dalam ruang kelas, tetapi bisa di laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya. CTL mengharuskan pendidik (guru) untuk pintar-pintar memilih serta mendesain linkungan belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
          Dalam linkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna antara ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata, konsep diinternalisasi melalui menemukan, memperkuat, serta menghubungkan. Dengan menerapkan CTL tanpa disadari pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah modern yang menunjang dan mengatur segala sesuatu di alam semesta, yaitu: (a) Prinsip Saling Bergantung, (b)Prinsip Diferensiasi, (c) Prinsip Pengaturan Diri.(Nadhirin,2010)

a.    Prinsip Saling Bergantung
Prinsip Saling Bergantung mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam semesta saling bergantung dan saling berhubungan. Dalam CTL prinsip Saling Bergantung mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya, dengan siswa-siswa, dengan masyarakat dan dengan lingkungan. Prinsip Saling Bergantung mengajak siswa untuk saling bekerjasama, saling mengutarakan pendapat, saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan pengalaman-pengalaman dari masing-masing individu untuk mencapai standar akademik yang tinggi.

b.      Prinsip Diferensiasi
Prinsip diferensiasi merujuk pada dorongan terus menerus dari alam semesta untuk menghasilkan keragaman, perbedaan dan keunikan. Dalam CTL prinsip diferensiasi membebaskan para siswa untuk menjelajahi bakat pribadi, memunculkan cara belajar masing-masing individu, berkembang dengan langkah mereka sendiri. Disini para siswa diajak untuk selalu kreatif, berpikir kritis guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

c. Prinsip Pengaturan Diri

Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa segala sesuatu diatur, dipertahankan dan disadari oleh diri sendiri. Prinsip ini mengajak para siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Mereka menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan keterbatasan kemampuan.
Dalam pembelajaran kontekstual guru dituntut membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya adalah guru lebih berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Di sini guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan Student Centered daripada Teacher Centered. Dengan demikian guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: 1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa. 2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. 3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengaitkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual. 4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka. 5) Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.
          Kurikulum dan pengajaran yang didasarkan pada strategi pembelajaran kontekstual harus disusun untuk mendorong lima bentuk pembelajaran penting: mengaitkan, mengalami, menerapkan, kerjasama, dan mentransfer.
            
Mengaitkan; Belajar dalam konteks pengalaman hidup, atau mengaitkan. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru. Kurikulum yang berupaya untuk menempatkan pembelajaran dalam konteks pengalaman hidup harus bisa membuat siswa memperhatikan kejadian sehari-hari yang mereka lihat, peristiwa yang terjadi di sekitar, atau kondisi-kondisi tertentu, lalu mengubungan informasi yang telah mereka peroleh dengan pelajaran kemudian berusaha untuk menemukan pemecahan masalah terhadap permasalahan tersebut.
Mengalami; Belajar dalam konteks eksplorasi, mengalami. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan-bahan dan untuk melakukan bentuk-bentuk penelitian aktif.
Menerapkan; Menerapkan konsep-konsep dan informasi dalam konteks yang bermanfaat bagi diri siswa. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistik dan relevan.
Kerjasama; Belajar dalam konteks berbagi, merespons, dan berkomunikasi dengan siswa lain adalah strategi pengajaran utama dalam pengajaran kontekstual. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa mempelajari materi, juga konsisten dengan dunia nyata. Seorang karyawan yang dapat berkomunikasi secara efektif, yang dapat berbagi informasi dengan baik, dan yang dapat bekerja dengan nyaman dalam sebuah tim tentunya sangat dihargai di tempat kerja. Oleh karena itu, sangat penting untuk mendorong siswa mengembangkan keterampilan bekerja sama ini.
Mentrasfer; Belajar dalam konteks pengetahuan yang ada, atau mentransfer, menggunakan dan membangun atas apa yang telah dipelajari siswa. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning memiliki tujuh komponen utama, Hairuddin (2008). yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat-belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assesment). Adapun penjelasannya sebagai berikut.
a.    Konstruktivisme (constructivism). Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.
b.    Menemukan (inquiry). Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclussion).
c.    Bertanya (questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
d.   Masyarakat Belajar (learning community). Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
e.    Pemodelan (modeling). Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasikan, bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya dapat melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan, melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.
f.     Refleksi (reflection). Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
g.    Penilaian yang sebenarnya ( authentic assessment). Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

2.    Kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and Learning, Nadhirin(2010)
a.    Kelebihan.
1)   Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2)   Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
b.    Kekurangan
1)   Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam pendekatan  CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2)   Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
   
B.  Media Animasi Melalui  Komputer

1.    Pengertian Media Animasi
Menurut  Nurhayati dan Lukman (dalam Side Harsidi.2009) bahwa fungsi media pembelajaran diantaranya: 1. Memperjelas dan memperkaya/ melengkapi informasi yang diberikan secara verbal. 2. Meningkatkan motivasi dan efisiensi penyampaian informasi. 3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyampaian informasi. 4. Menambah variasi penyajian materi. 5. Pemilihan media yang tepat akan menimbulkan semangat, gairah, dan mencegah kebosanan siswa untuk belajar. 6. Kemudahan materi untuk dicerna dan lebih membekas, sehingga tidak mudah dilupakan siswa. 7. Memberikan pengalaman yang lebih kongkrit bagi hal yang mungkin abstrak. 8. Meningkatkan keingintahuan (curiousity) siswa. 9. Memberikan stimulus dan mendorong respon siswa.
Animasi merupakan gerakan objek maupun teks yang diatur sedemikian rupa sehingga kelihatan menarik dan kelihatan lebih hidup. Menurut Utami (2007), animasi adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan. Salah satu keunggulan animasi adalah kemampuannya untuk menjelaskan suatu kejadian secara sistematis dalam tiap waktu perubahan. Hal ini sangat membantu dalam menjelaskan prosedur dan urutan kejadian.
Prinsip dari animasi adalah mewujudkan ilusi bagi pergerakan dengan memaparkan atau menampilkan satu urutan gambar yang berubah sedikit demi sedikit pada kecepatan yang tinggi atau dapat disimpulkan animasi merupakan objek diam yang diproyeksikan menjadi bergerak sehingga kelihatan hidup. Animasi merupakan salah satu media pembelajaran yang berbasis komputer yang bertujuan untuk memaksimalkan efek visual dan memberikan interaksi berkelanjutan sehingga pemahaman bahan ajar meningkat.
Utami (2007) menyatakan ada tiga jenis format animasi: pertama, Animasi tanpa sistem kontrol, animasi ini hanya memberikan gambaran kejadian sebenarnya (behavioural realism), tanpa ada kontrol sistem, bisa jadi animasi terlalu cepat, pengguna tidak memiliki waktu yang cukup untuk memperhatikan detil tertentu karena tidak ada fasilitas untuk pause dan zoom in. Kedua, Animasi dengan sistem kontrol, animasi ini dilengkapi dengan tombol kontrol, untuk menyesuaikan animasi dengan kapasitas pemrosesan informasi mereka. Namun kekurangannya, terletak pada pengetahuan awal atas materi yang dipelajari menyebabkan murid tidak tahu mana bagian yang penting dan harus diperhatikan guna memahami materi dan yang tidak. Ketiga, Animasi manipulasi langsung (Direct-manipulation Animation (DMA)). DMA menyediakan fasilitas untuk pengguna berinteraksi langsung dengan control navigasi (misal tombol dan slider). Pengguna bebas untuk menentukan arah perhatian dan dapat diulang.
Sebagai media ilmu pengetahuan animasi  memiliki kemampuan untuk dapat memaparkan sesuatu yang rumit atau komplek untuk dijelaskan hanya dengan gambar dan kata-kata saja. Dengan kemampuan ini maka animasi dapat digunakan untuk menjelaskan suatu materi yang secara nyata tidak dapat terlihat oleh mata, dengan cara melakukan visualisasi maka materi yang dijelaskan dapat tergambarkan. Animasi yang digunakan baik pada penjelasan konsep maupun contoh-contoh, selain berupa animasi statis auto-run atau diaktifkan melalui tombol, juga bisa berupa animasi interaktif dimana pengguna (siswa) diberi kemungkinan berperan aktif dengan merubah nilai atau posisi bagian tertentu dari animasi tersebut. Urutan kegiatan belajaranya dapat meliputi : melihat contoh, mengerjakan soal latihan, menerima informasi, meminta penjelasan, dan mengerjakan soal/evaluasi (Suwarna, 2007).

2.    Pengaruh Media Animasi Dalam Pembelajaran
Animasi mempunyai peranan yang tersendiri dalam bidang pendidikan khususnya untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran. Berikut merupakan beberapa kepentingan atau kelebihan animasi apabila digunakan dalam bidang pendidikan: 1) Animasi mampu menyampaikan sesuatu konsep yang kompleks secara visual dan dinamik. 2) Animasi digital mampu menarik perhatian pelajar dengan mudah. 3) Animasi mampu menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik dibanding penggunaan media yang lain. 4) Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu menyediakan pembelajaran secara maya. 5) Animasi mampu menawarkan satu media pembelajaran yang lebih menyenangkan. Animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi serta merangsang pemikiran pelajar yang lebih berkesan. 6) Persembahan secara visual dan dinamik yang disediakan oleh teknologi animasi mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep atau pun demonstrasi.
Adapun kelemahan dari media animasi ialah membutuhkan peralatan yang khusus. Materi dan bahan yang ada dalam animasi sulit untuk dirubah jika sewaktu-waktu terdapat kekeliruan atau informasi yang ada di dalamnya sulit untuk ditambahkan. Animasi dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa jika digunakan secara tepat, tetapi sebaliknya animasi juga dapat mengalihkan perhatian dari substansi materi yang disampaikan ke hiasan animatif yang justru tidak penting.
Selama ini animasi digunakan dalam media pembelajaran untuk dua alasan. Pertama, menarik perhatian siswa dan memperkuat motivasi. Animasi jenis ini biasanya berupa tulisan atau gambar yang bergerak-gerak, animasi yang lucu, aneh yang sekiranya akan menarik perhatian siswa. Animasi ini biasanya tidak ada hubungan dengan materi yang akan diberikan kepada murid. Fungsi yang kedua adalah sebagai sarana untuk memberikan pemahaman kepada murid atas materi yang akan diberikan (Utami, 2007).

3.    Peran Guru Dalam Pembelajaran Bermedia Animasi Melalui Komputer
Dalam pembelajaran bermedia animasi melalui komputer, peran guru sebagai pemberi informasi bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi. Dalam pembelajaran bermedia animasi melalui komputer ini guru diharapkan berperan sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam pembelajaran IPA, di mana guru hanya memberikan materi dasar, sementara dalam proses pembelajaran IPA itu sendiri, siswa akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar. Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionalismenya.

4.    Implementasi CTL Bermedia Animasi  Komputer Dalam Pembelajaran IPA
Berkenaan dengan penelitian ini, peneliti akan melakukan tindakan penelitian kelas dengan menerapkan pendekatan CTL bermedia animasi melalui komputer dalam pembelajaran IPA  pada siswa kelas VI SD No 2 Umejero. Tindakan penelitian ini akan di implementasikan pada pembelajaran IPA dalam standar kompetensi : “Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya”.  Dengan demikian perlu adanya multimedia audiao visual berupa gambar beranimasi, yang dapat mendukung proses pembelajaran ini.
Dalam penelitian ini guru sebagai peneliti mengaitkan ketujuh komponen CTL dalam penerapan pembelajaran kontekstual bermedia animasi melalui  komputer. Komponen  CTL harus diaplikasikan dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun uraian perencanaan langkah pembelajaran CTL  berdasarkan ketujuh prinsipnya sebagai berikut.

1)   Konstruktivisme  dalam komponen ini,  guru memberikan fasilitas belajar dengan cara menampilkan contoh tayangan animasi tentang Tata Surya yang meliputi, susunan tatasurya, peredaran pelanet, pengaruh rotasi dan revolusi planet terhadap kehidupan di bumi, serta  proses terjadinya gerhana
2)   Guru membimbing  siswa untuk mampu memaknai pengetahuannya
3)   Memberikan kesempatan kepada siswa melihat tayangan animasi yang terkait dengan tata surya untuk membangun dan menerapkan idenya sendiri.
4)   Guru memancing pengetahuan awal siswa yang brtujuan untuk membangun pengetahuan baru yang lebih bermakna pada diri siswa.

a.    Inkuiri merupakan inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang didapat oleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dalam hal ini guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Siklus inkuiri terdiri dari; 1) Observasi, 2) Bertanya, 3) Mengajukan dugaan, 4) Pengumpulan data, 5) Penyimpulan
Langkah-langkah dalam kegiatan inkuiri sebagai berikut.
1)   Siswa diajak untuk merumuskan masalah terkait dengan tata surya
2)   Siswa melakukan observasi dengan mengamati tayangan animasi tentang tata surya yang telah dipersiapkan guru sebelumnya
3)   Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya dalam  LKS setelah mengamati tayangan  animasi tentang tata surya.
4)   Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya dengan, teman sekelas, guru, atau audien yang lain.

b.    Bertanya  merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Dalam komponen ini guru mengajak siswa untuk melakukan  aktivitas diskusi, dan kerja kelompok, setelah siswa diberikan kesempatan untuk melihat tayangan animasi tentang tata surya. Guru memotivasi siswa agar mampu dan mau bertanya terkait dengan apa yang telah diamati, yang dianggap sulit dipahami oleh siswa. Pertanyaan hendaknya terjalin multiarah antara siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru. Dalam kesempatan ini guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator.

c.    Masyarakat belajar, dalam komponen ini siswa diajak diskusi kelompok maupun antar kelompok yang dibimbing oleh guru, untuk membantu siswa menemukan pengetahuannya melalui sharing antar teman, antar kelompok, dan guru setelah siswa diberikan kesempatan mengamati animasi tentang tata surya sehinnga terjadi komunikasi multiarah.

d.   Pemodelan dalam pembelajaran kontekstual guru mengajak siswa menyaksikan tayangan animasi tatasurya untuk memberikan informasi riil atau semi nyata kepada siswa yang terkait dengan materi pembelajaran tatasurya yang sifatnya abstrak.
e.    Refleksi merupakan kesempatan bagi siswa untuk memikirkan tentang apa yang baru dipelajari dan apa yang telah mereka lakukan. Guru membantu siswa mengarahkan, dan menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya, dengan pengetahuan yang baru dipelajari sedikit demi sedikit, agar siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna baginya. Pada akhir pembelajaran guru hendaknya menyisihkan waktu untuk kegiatan refleksi ini dengan memberikan pertanyaan langsung yang terkait dengan materi yang dibahas, memberikan catatan, memberikan kesan dan pesan terhadap siswa tentang pembelajaran yang telah dilakukan, serta mengkonfirmasi hasil kerja siswa.
f.     Penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran tentang perkembangan belajar siswa. Penilaian dilaksanakan selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan instrumen test dan lembar observasi. Yang menjadi tolok ukur dalam penilaian ini adalah keterampilan dan performansi  bukan mengingat fakta, penilaian harus berkesinambungan, terintegrasi, serta bisa digunakan sebagai umpan balik.

C.  Pengertian Pembelajaran
1.    Menurut aliran Konstruktivis (dalam Hatimah Ihat. 2007) Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan. UT. Hal.1.26. Pembelajaran merupakan pemberian makna oleh siswa terhadap pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada kemutakhiran struktur kognitifnya.
2.    Pembelajaran yang bermakna memerlukan inisiatif dan keterlibatan langsung dari siswa, sehingga akan mendapatkan pengalaman belajar.
Humanistik. (dalam Hatimah Ihat. 2007)  Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan.UT. Hal 1.9.

D.      Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam  Indra Munawar. 2009). Hasil belajar. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Menurut Oemar Hamalik (dalam  Indra Munawar . 2009) . Hasil  belajar.           Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar  akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Indra Munawar. 2009).   Hasil  belajar. Hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.
Perinciannya adalah sebagai berikut:
1.    Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2.    Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3.    Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda,koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Menurut  Howard   Kingsley   (dalam  Indra Munawar . 2009 ).   Membagi 3 macam hasil belajar: (1) Keterampilan dan kebiasaan,(2) Pengetahuan dan pengertian, (3) Sikap dan cita-cita. Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

E.   Kerangka Berpikir
          Berdasarkan uraian dan kajian dari masing masing teoretis di atas dapat kita padukan sebagai penunjang suatu proses dalam pembelajaran IPA di SD, mengingat pembelajaran CTL dengan ketujuh sintaknya akan menjadi lebih nyata dengan didukung oleh keberadaan media animasi dalam pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Media animasi dalam hal ini akan dapat membantu memberikan solusi pembelajaran abstrak menjadi lebih  konkrit. Melalui media teknologi digital dan multimedianya, animasi dapat dimanfaatkan oleh guru dalam membantu siswa untuk dapat dengan mudah memahami pembelajaran IPA yang sifatnya abstrak dan sulit dibayangkan oleh kemampuan berpikir siswa SD.
Penerapan pembelajaran CTL yang bermediakan animasi melalui komputer akan dapat:
1.    Kembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. (komponen konstruktivisme).
2.    Laksanakan kegiatan menemukan sendiri untuk mencapai kompetisi yang diinginkan. (komponen inkuiri).
3.    Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya. (komponen bertanya).
4.    Ciptakan masyarakat belajar, kerja kelompok. (Komponen Masyarakat Belajar).
5.    Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. (komponen pemodelan).
6.    Lakukan refleksi di akhir pertemuan, agar peserta didik merasa bahwa hari ini mereka belajar sesuatu. (komponen refleksi).
7.    Lakukan penilaian yang autentik dari berbagai sumber dan cara. (komponen asesmen autentik).
          Siswa terbantu untuk dapat menggali dan menkonstruksi pengetahuannya melalui demonstrasi media animasi melalui komputer pembelajaran  yang ditunjukkan oleh guru di depan kelas dengan bantuan LCD. Pelaksanaan pembelajaran bermedia animasi melalui komputer lebih bersifat nyata, dengan demikian pembelajaran menjadi lebih menarik minat siswa untuk belajar, dan siswapun menjadi mudah dalam belajar yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan hasil belajarnya.

F.   Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dari penelitian ini adalah : Jika menerapkan  pembelajaran contextual teaching and learning bermediakan animasi melalui komputer, maka  dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas VI SD No 2 Umejero.


BAB III
METODE PENELITIAN

Pada kegiatan penelitian ini, akan dilakukan melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dengan subjek penelitian siswa kelas VI,  SD No 2 Umejero, dan dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut:

A.           Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh guru kelas VI, SD No 2 Umejero. Dalam proses ini guru kelas sebagai peneliti yang diamati oleh seorang supervisor  sebagai observer, dan bersama-sama dengan peneliti merefleksi jalannya proses pembelajaran. Dalam penelitian ini dilakukan melalui 2 (dua ) siklus, dengan langkah penelitian yang ditempuh menggunakan langkah-langkah PTK yang setiap siklusnya dilakukan dengan langkah: Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan refleksi.

 
Gambar. 1. Siklus pelaksanaan PTK
Direkorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional(2008)


1.    Perencanaan/Planing
Kegiatan yang dapat dilaksanakan pada tahap perencanaan ini adalah:
a.    Peneliti menyiapkan diri dengan berbagai pengetahuan dan model pembelajaran yang terkait dengan CTL bermedia animasi melalui komputer.
b.    Menyiapkan skenario pembelajaran, dengan merancang dan menyusun rencana pembelajaran IPA.
c.    Mempersiapkan fasilitas belajar, seperti LKS,dan animasi yang terkait dengan materi yang akan disajikan.
d.   Menyiapkan lembar observasi siswa, yang akan digunakan untuk mencatat dan menilai proses pembelajaran.
e.    Menyiapkan alat evaluasi, untuk mengukur hasil belajar siswa.

2.    Pelaksanaan tindakan /Action
Tindakan penelitian  dilakukan sesuai dengan RPP dan jadwal perencanaan, berdasarkan masing-masing siklus. Sebagai objek  penelitian adalah Penerapan Pembelajaran CTL Bermedia Animasi Melalui Komputer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI Pada Sekolah Dasar  No. 2 Umejero Tahun Pelajaran 2010/2011. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI SD No 2 Umejero, yang berjumlah  24 orang, terdiri atas 12 orang perempuan dan 12 orang laki-laki.
 
3.    Teknik Pengumpulan Data, Pengamatan/ observe
Peneliti sebagai instrument utama, dalam melakukan pencatatan terhadap perubahan yang terjadi pada siswa saat dilaksanakannya pembelajaran. Perubahan belajar yang dimaksud adalah perubahan yang berpengaruh terhadap aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa saat belajar. Hal ini mungkin terjadi karena adanya perubahan suasana kelas belajar, penggunaan media/alat peraga, perubahan pola bimbingan belajar yang diterima siswa di kelas. Pengumpulan data  dilakukan dengan instrumen test yang dikutip dari buku IPA SD yang ditulis oleh Suhartanti Dwi.2008 dan LKS sebagai lembar observasi (instrumen terlampir). Instrumen test digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa, sedangkan observasi digunakan untuk mengetahui persentase rata-rata hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran CTL bermedia animasi dilaksanakan.

4.    Refleksi

  Hasil Pembelajaran  yang diperoleh dianalisis, seperti berikut
a.    apakah pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan skenario pembelajaran?
b.    Apakah interaksi kelas sesuai dengan scenario pembelajaran?
c.    Apakah ada perubahan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dari pelaksanan pembelajaran tersebut?
d.   Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akan diperoleh suatu simpulan bahwa tindakan yang telah dilakukan sudah berhasil atau belum, dan bagaimana  presentasenya?
e.    Dan apa tindakan yang akan dilakukan kemudian?
Jika pembelajaran masih belum memperlihatkan adanya perubahan hasil belajar yang teridentifikasi sebanyak 24 orang, yang telah ditetapkan maka akan dilakukan siklus ke berikutnya.

B.  Metode  Analisis Data
          Anailsis data adalah suatu proses mempelajari secara mendalam dan menata secara sistimatis catatan hasil pengamatan, dan tes, untuk mengaitkan pemahaman peneliti tentang apa yang diteliti dan menyajikannya kepada orang lain. Dalam penelitian tindakan kelas ini data yang diperoleh dianalisa menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.
Rumus mencari nilai rata-rata Mean (  ) = 
  x    = Rata rata
∑X  = Jumlah data
N    = Banyak data
Prosentase Ketuntasan  =   Jumlah siswa yang tuntas   x  100 %
                                            Jumlah seluruh siswa
            Rata-rata (mean) dari hasil belajar yang diperoleh dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pelajaran IPA kelas VI SD No 2 Umejero. KKM dipergunakan untuk menentukan ketuntasan belajar.
Kriteria keberhasilan :
KKM   = 60,00
KB      = 75%




BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Penelitian
1.    Hasil  Penelitian Siklus I
a.    Perencanaan Pada Siklus I
Kegiatan yang  dilaksanakan pada tahap perencanaan pada siklus 1 ini adalah:
1)   Peneliti menyiapkan diri dengan berbagai pengetahuan dan model pembelajaran yang terkait dengan CTL bermedia animasi melalui komputer.
2)   Menyiapkan skenario pembelajaran, dengan merancang dan menyusun rencana pembelajaran IPA.
3)   Mempersiapkan fasilitas belajar, seperti LKS, dan animasi, yang terkait dengan materi yang akan disajikan.
4)   Menyiapkan lembar observasi siswa, yang akan digunakan untuk mencatat dan menilai proses pembelajaran.
5)   Menyiapkan alat evaluasi, untuk mengukur hasil belajar siswa.

b.    Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus I
31
Tindakan penelitian  dilakukan sesuai dengan RPP dan jadwal perencanaan, berdasarkan masing-masing siklus. Untuk siklus I dilakasanakan tiga kali pertemuan yaitu Selasa, tanggal 1 maret 2011, Rabu tanggal 2  maret 2011, dan Selasa 8 Maret 2011 untuk pelaksanaan formatif siklus I. Sebagai objek  penelitian adalah Penerapan Pembelajaran CTL Bermedia Animasi Melalui  Komputer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI Pada Sekolah Dasar  No. 2 Umejero Tahun Pelajaran 2010/2011. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI SD No 2 Umejero, yang berjumlah  24 orang, terdiri atas 12 orang perempuan dan 12 orang laki-laki.

1)        Kegiatan Guru  Dan Siswa Pada Langkah Kegiatan Siklus I Pertemuan pertama
a)    Guru Menjelaskan tujuan pembelajaran dan langkah pembelajaran
b)   Guru bertanya pernahkah kalian menatap langit di malam hari yang
     cerah?  Apa sajakah yang bisa kalian lihat pada malam hari?
     Siswa menjawab : Kalau malam terlihat bintang dan benda langit               lainnnya.
c)    Guru bertanya pada siswa. Apa sajakah yang bisa kalian lihat pada 
     siang  hari? Jawaban siswa  Matahari
d)   Guru menuliskan topik pembelajaran di papan tulis  “TATA SURYA”
e)    Guru Mengarahkan siswa merumuskan masalah.
Apa saja yang menyusun Tata Surya?
Siswa Memberikan hipotesa ( bulan, bintang, matahari,bumi )
Guru menggali pengetahuan siswa melaui pertanyaan-pertanyaan.
Apa yang menyinari bumi di siang hari ?  ( Matahari )
Jika malam cerah, Apa yang kalian lihat di langit ? ( Bintang dan Bulan )
Matahari , bulan, dan bintang, disebut benda apa ? ( Benda langit )
Kumpulan benda-benda langit membentuk apa ? TATA SURYA
f)    Guru meberikan informasi sederhana tentang susunan tata surya, dengan
     memperlihatkan tayangan Animasi tentang sistem Tata Surya.
g)   Guru menugaskan siswa mengamati tayangan Animasi tentang sistem Tata Surya.
h)   Siwa melakukan observasi terstruktur berdasarkan LKS ( terlampir ).
i)     Siswa Melaporkan hasil observasi.
j)     Guru Mengarahkan siswa menyimpulkan hasil observasi .

2)   Kegiatan Guru  Dan Siswa Pada Langkah Kegiatan Siklus I Pertemuan Kedua
a)    Koordinasi kelas (Pengucapan salam, absensi, pengecekan kesiapan belajar siswa)
b)   Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan langkah pembelajaran
c)    Untuk mengingatkan pembelajaran sebelumnya guru bertanya: 
“Masih ingatkah kalian benda apa sajakah yang bisa kalian lihat pada 
malam hari?” Siswa menjawab : Kalau malam terlihat bintang dan benda langit  
lainnnya.
d)   Siswa Memberikan hipotesa ( bulan, bintang, matahari,bumi )
e)    Guru memasukkan pengetahuan baru, bahwa selain yang bisa kita lihat langsung  ada lagi benda langit yang lain.
f)    Guru menggali pengetahuan siswa melaui pertanyaan-pertanyaan.
Pada saat langit cerah di malam hari pernahkah kalian melihat nyala
api yang bergerak cepat di langit?  pernah  / tidak
Oleh Orang biasa disebut apa? (meteor )
Dapatkah kamu menyebutkan benda langit lainnya ?
g)   Guru memperlihatkan tayangan Animasi tentang sistem Tata Surya.
h)   Guru menugaskan siswa mengamati tayangan animasi tentang
benda benda langit pada sistem Tata Surya.
i)     Siwa melakukan observasi terstruktur berdasarkan LKS ( terlampir ).
j)     Siswa Melaporkan hasil observasi.
k)   Guru Mengarahkan siswa menyimpulkan hasil observasi .
Kegiatan evaluasi pada siklus ini berupa tes formatif  dengan butir soal yang mampu  mewakili kompetensi yang ingin dicapai pada siklus ini. Tes formatif dilaksanakan terpisah dari kegiatan pembelajaran  yang terdiri atas dua puluh butir soal  diantaranya  sepuluh butir soal pilihan ganda, lima butir soal isian, dan lima butir soal uraian dengan bobot yang berbeda. Soal pilihan ganda diberikan bobot  satu untuk setiap butirnya, soal isian diberikan bobot dua  untuk setiap butirnya, sedangkan soal urain diberikan bobot empat untuk setiap bitirnya. Dengan demikian bobot maksimal untuk seluruh soal adalah empat puluh. Penilaian dapat dilakukan dengan menghitung skor benar yang diperoleh siswa, dikalikan dengan seratus  dan dibagi  empat puluh.

Nilai       =  Jumlah jawaban benar(skor )   x 100
                           Skor maksimal


c.    Observasi  dan Analisis Data Pada Siklus I

Berdasarkan pelaksanaan tindakan kelas pada siklus 1, data hasil  pembelajaran IPA siswa kelas VI SD No.2 Umejero yang diperoleh melalui tes formatif  dapat disajikan dalam bentuk tabel seperti berikut
Tabel 1 Daftar Nilai Siswa Siklus 1
            Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, dianalisis dengan metode deskriptif  kualitatif seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Data hasil belajar secara individu diambil dari nilai tes formatif  berupa tes  tulis.
Berikut perolehan hasil PTK Siklus I
          Data hasil belajar pada siklus I dilihat dari perolehan nilai  didapatkan hasil sebagai berikut:
Mean     = 
                     =  
Mean  
   =    73,75

Prosentase Ketuntasan  =   Jumlah siswa yang tuntas   x  100 %
                                            Jumlah seluruh siswa
                                      =   100
                                      =   58,33 %
Hasil belajar siklus I diperoleh rata-rata yaitu 73,75 dengan persentase ketuntasan sebesar 58,33 % . Dari 24 siswa yang tuntas hanya 14 orang dan yang belum tuntas sebanyak 10 orang.

d.   Refleksi Pada Siklus I

Hasil Pembelajaran  yang diperoleh pada siklus 1 dengan rata-rata yaitu 73,75 dengan persentase ketuntasan sebesar 58,33 % . Dari 24 siswa yang tuntas hanya 14 orang dan yang belum tuntas sebanyak 10 orang. Setelah dianalisis bersama dengan supervisor ternyata belum mencapai harapan.



Hal tersebut disebabkan karena :
1)   Pemasangan alat dan media memerlukan waktu yang cukup banyak sehinga waktu pembelajaran banyak tersita. Untuk selanjutnya pemasangan alat perlu lebih awal sebelum pembelajaran dimulai.
2)   Siswa masih belum mampu menemukan dan membangun pengetahuannya melalui tayangan animasi, karena kurang adanya konsentrasi sebagai akibat dari rasa penasaran terhadap alat yang digunakan. Untuk mengatasi hal ini guru perlu memperkenalkan nama alat, dan media pelengkapnya  sebelum pembelajaran dimulai.
3)   Siswa masih belum mampu bekerjasama antar teman sejawat, untuk mendiskusikan  tayangan yang mereka saksikan. Untuk mengatasi hal ini, guru hendaknya  membantu siswa dalam meningkatkan kerjasama dalam bentuk kelompok. 
Dengan demikian pelaksanaan tindakan pada siklus I  ini dipandang belum berhasil  bila dibandingkan dengan KKM dan kriteria persentase ketuntasan belajar, berkenaan dengan hal tersebut perlu kiranya diadakan tindakan perbaikan dalam siklus II

2.    Hasil Penelitian Siklus II
a.    Perencanaan Pada Siklus II
Kegiatan yang  dilaksanakan pada tahap perencanaan pada siklus II  ini adalah:
1)   Peneliti menyiapkan diri dengan berbagai pengetahuan dan model pembelajaran yang terkait dengan CTL bermedia TIK berbantuan komputer.
2)   Menyiapkan skenario pembelajaran, dengan merancang dan menyusun rencana pembelajaran IPA dengan baik dan benar.
3)   Mempersiapkan fasilitas belajar, seperti LKS, video interaktif, animasi, dan jenis multimedia lainnya yang terkait dengan materi yang akan disajikan.
4)   Menyiapkan lembar observasi siswa, yang akan digunakan untuk mencatat dan menilai proses pembelajaran.
5)   Menyiapkan alat evaluasi, untuk mengukur hasil belajar siswa.

b.    Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus II
Tindakan penelitian  siklus II dilakasanakan tiga kali pertemuan yaitu Rabu, tanggal 9 maret 2011, Selasa  tanggal 22 maret 2011, dan Rabu  23 Maret 2011 untuk pelaksanaan formatif siklus II. Sebagai objek  penelitian adalah Penerapan Pembelajaran CTL Bermedia Animasi Melalui Komputer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI Pada Sekolah Dasar  No. 2 Umejero Tahun Pelajaran 2010/2011. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI SD No 2 Umejero, yang berjumlah  24 orang, terdiri atas 12 orang perempuan dan 12 orang laki-laki.

1)   Kegiatan Guru Dan Siswa Pada Langkah Kegiatan Siklus II Pertemuan Pertama
a)    Koordinasi kelas (Pengucapan salam, absensi, pengecekan kesiapan belajar siswa)
b)   Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan langkah pembelajaran
c)    Guru mengawali pembelajaran dengan meminta siswa mengingat
     posisi matahari pada pagi, siang, dan senja hari.    Siswa akan menjawab matahari terbit di timur, bergerak ke atas pada siang hari dan tenggelam di barat pada senja hari.Kemudian hilang dan terbit lagi di timur pada pagi hari dan seterusnya.
d)   Guru menginformasikan topik yang dipelajari “Gerakan bumi pada porosnya atau rotasi bumi” “Gerakan bumi mengelilingi matahari atau revolusi bumi”
“Gerakan bulan mengelilingi matahari atau revolusi bulan”
e)    Siswa merumuskan masalah :
Apakah akibat rotasi bumi? Apakah akibat Revolusi bumi?
Apakah akibat Revolusi bulan?
f)    Guru bertanya kepada siswa
Apakah matahari yang mengelilingi bumi? (tidak)
Apakah bumi merupakan planet? (ya)
Bagaimana gerakan planet? (berputar pada porosnya dan berputar mengelilingi matahari)
g)   Siswa diajak menyaksikan animasi tentang gerakan bumi  dan bulan
h)      Siswa mendiskusikan secara kelompok tentang rotasi bumi serta pengaruhnya.
i)     Siswa mendiskusikan secara kelompok tentang revolusi bumi serta pengaruhnya.
j)     Siswa mendiskusikan secara kelompok tentang revolusi bulan serta pengaruhnya.
k)   Siwa melakukan observasi terstruktur berdasarkan LKS ( terlampir ).
l)     Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusinya tentang gerakan   bumi dan bulan serta  pengaruhnya
m)    Guru bersama siswa menarik simpulan bahwa :
Gerakan bumi pada porosnya disebut rotasi bumi Rotasi bumi mengakibatkan terjadinya siang dan malam. Rotasi bumi mengakibatkan perbedaan waktu. Gerakan bumi mengelilingi matahari disebut revolusi bumi
n)      Penugasan  sebagai tindak lanjut

2)    Kegiatan Guru Dan Siswa Pada Langkah Kegiatan Siklus II Pertemuan  Kedua
a)    Koordinasi kelas (Pengucapan salam, absensi, pengecekan kesiapan belajar siswa)
b)   Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
c)    Guru menginformasikan topik yang dipelajari tentang  gerhana bulan dan gerhana matahari
d)   Siswa merumuskan masalah ” bagaimanakah terjadinya gerhana bulan dan gerhana matahari?”
e)    Siswa membuat hipotesa
f)    Guru mengawali proses pembelajaran dengan menanyakan materi terdahulu
g)   Apa yang dimaksud dengan rotasi bumi? (gerakan bumi berputar pada porosnya)
h)   Apa yang dimaksud dengan revolusi bumi? (perputaran bumi mengelilingi matahari)
i)     Apa yang dimaksud dengan revolusi bulan? (perputaran bulan mengelilingi bumi dan matahari)
j)     Apakah akibatnya bila matahari tertutup bulan? (Sinar matahari yang sampai ke bumi terhalang oleh bulan)
k)   Guru menginformasikan bila hal itu terjadi akan terjadi gerhana matahari, dan bila matahari tertutup oleh bumi akan terjadi gerhana bulan
l)     Siswa mengamati tayangan animasi tentang gerhana  matahari dan bulan
m) Siswa melakukan berdiskusi dengan kelompok untuk menjawab pertanyaan berikut.
Bilamanakah terjadi gerhana matahari? Bagaimanakah posisi matahari, bumi, bulan pada saat gerhana matahari?  Bilamanakah terjadi gerhana bulan?
Bagaimanakah posisi matahari, bumi, bulan pada saat gerhana bulan?
Jelaskan perbedaan gerhana matahari dengan gerhana bulan!
Apakah perbedaan umbra dengan penumbra?
n)   Siswa melaporkan hasil diskusi kelompok, dilanjutkan dengan diskusi kelas
o)   Guru menginformasikan tentang jenis-jenis gerhana matahari dan gerhana bulan
p)   Siswa bersama guru menyimpulkan bahwa apabila bumi berada diantara matahari dan bulan (dalam satu garis lurus) akan terjadi gerhana bulan sedangkan apabila bulan berada diantara matahari dan bumi dalam satu garis lurus akan terjadi gerhana matahari
q)   Siswa mencatat simpulan
 

Seperti halnya kegiatan evaluasi pada siklus I, kegiatan evaluasi pada siklus ini  juga  berupa tes formatif  tetapi dengan butir soal yang mampu mewakili kompetensi yang ingin dicapai pada siklus II ini. Tes formatif dilaksanakan terpisah dari kegiatan pembelajaran  yang terdiri atas dua puluh butir soal  diantaranya  sepuluh butir soal pilihan ganda, lima butir soal isian, dan lima butir soal uraian dengan bobot yang berbeda. Soal pilihan ganda diberikan bobot  satu untuk setiap butirnya, soal isian diberikan bobot dua  untuk setiap butirnya, sedangkan soal urain diberikan bobot empat untuk setiap bitirnya. Dengan demikian bobot maksimal untuk seluruh soal adalah empat puluh. Penilaian dapat dilakukan dengan menghitung skor benar yang diperoleh siswa, dikalikan dengan seratus  dan dibagi  empat puluh.

Nilai       =  Jumlah jawaban benar(skor )   x 100
                           Skor maksimal


 
c.    Observasi dan Analisis Data pada siklus II
                            Berdasarkan pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II, data hasil  pembelajaran IPA siswa kelas VI SD No.2 Umejero yang diperoleh melalui tes formatif  seperti pada tabel berikut:
Tabel 2 Daftar Nilai Siswa Siklus 2
              Berikut perolehan hasil PTK Siklus II
Data hasil belajar pada siklus II dilihat dari perolehan nilai  didapatkan hasil sebagai berikut:
Mean    = 
                     =  
Mean  
   =    79,79

Prosentase Ketuntasan  =   Jumlah siswa yang tuntas   x  100 %
                                            Jumlah seluruh siswa
                                      =   100
                                      =   91,67 %
Pada  hasil belajar siklus II diperoleh rata-rata yaitu 79,79 dengan persentase ketuntasan sebesar 91,67 % . Dari 24 siswa, hanya 2 orang mendapat nilai dibawah KKM. Jika hasil belajar pada siklus kedua ini dibandingkan dengan siklus sebelumnya, sudah terlihat adanya  peningkatan hasil belajar.

d.   Refleksi Pada Siklus 2

Hasil belajar siklus II diperoleh rata-rata yaitu 79,79 dengan persentase ketuntasan sebesar 91,67 % . Dari 24 siswa, hanya 2 orang mendapat nilai dibawah KKM. Jika hasil belajar pada siklus kedua ini dibandingkan dengan siklus sebelumnya, sudah terlihat adanya  peningkatan hasil belajar.
.

Peningkatan hasil belajar  tersebut disebabkan karena :
1)   Pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan skenario pembelajaran.
2)   Interaksi kelas sudah  terkondisikan  sesuai dengan kaedah CTL
3)   Sudah terlihat  perubahan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.
4)   Siswa mulai terbantu menemukan dan membangun pengetahuannya melalui tayangan animasi.
5)   Siswa mulai  mampu bekerjasama antar teman sejawat, untuk mendiskusikan  tayangan yang mereka saksikan, bahkan telah terjadi interaksi multi arah.

Berdasarkan hasil refleksi dari proses pembelajaran pada tindakan  siklus I dan II, tentang hasil belajar yang dicapai oleh siswa kelas VI SD No 2 Umejero, sudah menunjukkan peningkatan yang sesuai dengan KKM, maka  tidak perlu dilaksanakan tindakan siklus berikutnya.

B.  Pembahasan
1.    Kendala dan Pemecahannya
     Pada pelaksanaan siklus I, belum terlihat adanya peningkatan hasil belajar, dan persentase ketuntasan belajarnyapun masih rendah. Hal tersebut disebabkan karena
a.    Pemasangan alat dan media memerlukan waktu yang cukup banyak sehinga waktu pembelajaran banyak tersita. Untuk selanjutnya pemasangan alat perlu lebih awal sebelum pembelajaran dimulai.
b.    Siswa masih belum mampu menemukan dan membangun pengetahuannya melalui tayangan animasi, karena kurang adanya konsentrasi sebagai akibat dari rasa penasaran terhadap alat yang digunakan. Untuk mengatasi hal ini guru perlu memperkenalkan nama alat, dan media pelengkapnya  sebelum pembelajaran dimulai.
c.    Siswa masih belum mampu bekerjasama antar teman sejawat, untuk mendiskusikan  tayangan yang mereka saksikan. Untuk mengatasi hal ini, guru hendaknya  membantu siswa dalam meningkatkan kerjasama dalam bentuk kelompok. 

2.    Analisa Hasil Belajar Siklus I dan II
     Setelah merefleksi hasil pembelajaran pada tindakan siklus I dan siklus II serta membandingkan dengan hasil pembelajaran per siklus, bersama dengan supervisor, ternyata hasil belajar yang diperoleh sudah mengalami peningkatan.  dengan ketuntasan belajar pada siklus I  hanya 58,33% sedangkan pada pembelajaran pada siklus II ada peningkatan menjadi 91,67%. Dengan demikian  pembelajaran pada siklus II dapat dikatakan tuntas sesuai harapan. Hal tersebut terjadi karena sudah adanya perbaikan proses yang dilakukan oleh peneliti sehingga:
a.    Pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan skenario pembelajaran.
b.    Interaksi kelas sudah  terkondisikan  sesuai dengan kaedah CTL
c.    Sudah terlihat  perubahan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.
d.   Siswa mulai terbantu menemukan dan membangun pengetahuannya melalui tayangan animasi.
e.    Siswa mulai  mampu bekerjasama antar teman sejawat, untuk mendiskusikan  tayangan yang mereka saksikan, bahkan telah terjadi interaksi multi arah.
Berdasarkan hasil analisa peneliti dengan supervisor, terhadap tindakan siklus I dan II, serta melihat  hasil belajar yang telah dicapai sudah menunjukkan peningkatan yang sesuai dengan KKM. Dengan demikian penerapan pembelajaran contextual teaching and learning bermedia animasi melalui komputer dapat menunjang proses pembelajaran IPA pada SD No 2 Umejero karena dalam hal ini Animasi dapat membantu penerapan ketujuh komponen CTL dalam proses pembelajaran seperti:
a.    Membantu mengembangkan pemikiran belajar siswa menjadi lebih bermakna, dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. (komponen konstruktivisme). Melalui media animasi, gambar bergerak, dan audio visual.
b.    Membantu kegiatan menemukan sendiri untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. (komponen inkuiri), melalui tayangan media animasi, gambar bergerak, dan audio visual  tentang tata surya dan bagiannya.
c.    Membantu mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya. (komponen bertanya).
d.   Membantu menciptakan masyarakat belajar, kerja kelompok. (Komponen Masyarakat Belajar).
e.    Membantu menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran nyata. (komponen pemodelan).
f.     Media Animasi dikemas sangat menarik minat belajar siswa sehingga dapat membantu melakukan refleksi di akhir pertemuan, agar peserta didik merasa bahwa hari ini mereka belajar. (komponen refleksi).
g.    Membantu melakukan penilaian yang autentik dari berbagai sumber dan cara. (komponen asesmen autentik).




BAB  V
PENUTUP

A.  Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, diperoleh simpulan sebagai berikut.
1.    Dengan penerapan pembelajaran CTL bermedia animasi melalui komputer pada siswa SD No.2 Umejero, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ini ditunjukkan dengan perolehan hasil tes  pada siklus I dengan rata-rata   73,75 dengan prosentase ketuntasan 58,33%. Terjadi peningkatan yang cukup bagus pada siklus II dengan nilai rata-rata 79,79 dengan prosentase ketuntasan 91,67%.  Bila dibandingkan dengan KKM, terjadi peningkatan kriteria, dari kategori  kurang pada siklus I menjadi kategori baik pada siklus II.
2.    Dengan penerapan pembelajaran CTL bermedia animasi melalui komputer pada siswa SD No.2 Umejero,dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B.  Saran-saran
            Adapun saran-saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.   
48
Hasil penelitian ini sangat berguna bagi kalangan pendidik guna untuk mengembangkan pendidikan secara inovatif dengan strategi yang relevan.
2.    Hasil penelitian ini juga dapat menjadi pedoman bagi guru yang ingin terlibat dalam proses pengembangan pendidikan, khususnya dalam pemilihan strategi pembelajaran yang efektif.
3. Melalui penerapan pembelajaran CTL bermedia animasi melalui komputer siswa mampu mengaplikasiknan pengetahuan yang didapat melalui pengalaman belajar yang terintegrasi dengan pengetahuannya yang diperoleh di sekolah sebagai bukti  peningkatan hasil dari suatu proses pembelajaran.
4.  Melalui penerapan pembelajaran CTL bermedia animasi melalui komputer, guru lebih mudah menanamkan konsep materi IPA pada siswa.
5. Dengan penerapan pembelajaran CTL bermedia animasi melalui komputer guru dapat memberikan penilaian yang menyeluruh tentang aspek-aspek pembelajaran IPA pada siswa.
6.    Dengan penerapan pembelajaran CTL bermedia animasi melalui komputer, sekolah  mampu mewujudkan Visi dan Misi yang telah direncanakan, dan untuk membantu mengoptimalkan kualitas dan mutu pendidikan dengan pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran.
7.    Sekolah diharapkan dapat mendukung guru yang berminat melaksanakan pembelajaran CTL bermedia animasi melalui komputer, dengan menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran.

 DAFTAR  PUSTAKA


Dimyati dan Mudjiono (dalam  Indra Munawar. 2009). Hasil belajar ( Pengertian dan Definisi ). http://indramunawar.blogspot.com  diakses 11 Juni 2009

Hatimah, Ihat.2007. Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan.Jakarta: Universitas Terbuka

Howard   Kingsley   dalam  Indra Munawar . 2009 .   Hasil  belajar  
 (  Pengertian dan Definisi ). http://indramunawar.blogspot.com  diakses
 11 Juni 2009

Menurut Oemar Hamalik dalam  Indra Munawar . 2009 . Hasil  belajar                   ( Pengertian dan Definisi ). http://indramunawar.blogspot.com  diakses 11 Juni 2009

Nadhirin. 2010. model pembelajaran contextual teaching and learning.     http://aqilacourse.wordpress.com/2010/09/18/model-pembelajaran-contextual-teaching-and-learning-ctl/ . diakses 18 September 2010)


Sukirman,dkk.2010.Panduan E-Tugas Akhir.Direktorat ketenagaan,direktorat jenderal pendidikan tinggi Kementrian Pendidikan Nasional.

Suwarna, I. P. 2007. Model Pembelajaran Fisiska Interaktif melalui Program Macromedia Flash (Computer Based Instruction).
 http://iwanpermana.blogspot.com. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2008.

Suhartanti Dwi.2008.Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI SD.Depdiknas

Trianto.2008.Mendesain Pembelajaran Kontekstual di Kelas. Jakarta : Cerdas Pustaka Publisher

Utami, D. 2007. Animasi dalam Pembelajaran. www.uny.ac.id/akademik/
default.php
. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2008.

Warsita,Bambang.2008.Teknologi Pembelajaran Landasan dan Apliksinya. Jakarta : Rineka Cipta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar