15/10/12

 PENDIDIKAN GLOBAL



A. LATAR BELAKANG TIMBULNYA PENDIDIKAN GLOBAL
Saat ini dunia semakin lama tumbuh menjadi “semakin kecil” seiring dengan timbulnya saling ketergantungan diantara negara-negara, suatu hal yang menunjukkan ciri sebuah era baru, yaitu era globalisasi. Oleh karenanya dunia pendidikanpun harus berubah dari pendidikan lokal menjadi pendidikan yang berwawasan global. Peta ekonomi kita, politik, sosial dan sistem lingkungan hidup telah saling terhubung hingga pada tingkat tertentu sehingga kita harus sadar akan dunia yang semakin menyatu. Ini berarti bahwa pemahaman akan saling ketergantungan dalam sistem di dunia mengharuskan kita untuk saling menghargai perbedaan nilai dan beragai sudut pandang yang ada.

Dengan melakukan sebuah perubahan melalui pendidikan global kita akan meningkatkan kemampuan untuk bisa berkompetisi secara ekonomis dengan negara-negara lain di dunia. Perdagangan bebas tarif (AFTA  dan NAFTA) diantara beberapa negara di Asia serta mata uang Euro di Eropa telah membuka wawasan baru tentang sistem perdagangan antar negara. Untuk itu pendidikan global dengan arah kemajuan ilmu pengetahuan dan ekonomi akan bersinergi untuk membuat sebuah dunia perdagangan yang lebih efektif dan efisien. Desain kurikulum pendidikan yang berwawasan global bisa mengajarkan pada siswa untuk memahami perubahan-perubahan ini sehingga mendorong mereka untuk lebih kompetitif secara internasional.
B. Pentingnya Perspektif Globalisasi
Pendidikan global adalah sebuah gerakan sosial kontemporer yang mengarah pada arus perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat cepat di seluruh dunia. Istilah pendidikan global sendiri dimulai dalam sistem pendidikan di Amerika yang berusaha untuk membantu sekolah, universitas, dan institusi pendidikan non formal dengan cara memberikan kompetensi dasar intelektual baik bagi anak-anak maupun orang dewasa demi memenuhi kebutuhan untuk mengatasi masalah realitas kehidupan saat ini.
Kompetensi dasar intelektual yang dibutuhkan saat ini adalah untuk mengefektifkan dan meningkatkan rasa tanggung jawab warga negara sebagai pekerja, konsumen, pemimpin, dan orang biasa pada umumnya. Hal inilah yang menyebabkan terbentuknya kurikulum pendidikan yang berpatokan kepada perspektif global. Beberapa elemen penting yang yang berkaitan dengan kurikulum pendidikan global disebutkan dalam buku Global Education: A Study of School Change buah karya Barbara Benham Tye dan Kenneth A Tye tahun 1992,  adalah sebagai berikut:
  • Pada faktanya adalah sebuah kurikulum yang menghubungkan pelajar dari segala umur dan pemilihan subject matter atau mata pelajaran untuk mempelajari manusia sebagai sebuah entitas yang saling berhubungan didalam konstelasi ruang dan waktu.
  • Adalah sebuah kurikulum yang menghubungkan pelajar dari segala umur dan pemilihan subject matter atau mata pelajaran untuk mempelajari bumi sebagai rumah ekologis dan kosmis sebagai tempat kehidupan umat manusia.
  • Adalah sebuah kurikulum yang menghubungkan pelajar dari segala umur dan pemilihan subject matter atau mata pelajaran untuk mempelajari struktur sosial global sebagai salah satu tingkatan dalam organisasi sosial manusia.
  • Adalah sebuah kurikulum yang menghubungkan pelajar dari segala umur dan pemilihan subject matter atau mata pelajaran untuk mempelajari diri mereka sendiri sebagai bagian dari spesies manusia, penghuni planet bumi, dan partisipan di dalam sebuah aturan sosial yang mengglobal.
Dari paparan diatas, kita bisa tarik sebuah simpulan bahwa sebuah rancangan kurikulum bagi pendidikan yang berwawasan global pada intinya mengajarkan nilai-nilai yang harus diakui secara universal dan diperuntukan bagi seluruh peserta didik untuk bisa memahami, menyerap ilmu serta menyebarkan pengetahuan mereka untuk kepentingan konservasi bumi sebagai tempat hidup kita.

I.2. PEMAHAMAN TERHADAP SEBUAH PROSES PERUBAHAN

Kesadaran akan adanya pendidikan global tidak pernah terlepas dari adanya sebuah proses perubahan. Namun demikian masih banyak faktor-faktor yang menghambat proses tersebut. Kita perlu memahami adanya perubahan ini seiring dengan perubahan jaman yang pada gilirannya mempengaruhi dunia pendidikan. Sebagai seorang pendidik, kita sering dihadapkan pada permasalah-permasalahan yang berkaitan dengan berubahnya teknologi komputer, pesatnya arus komunikasi melalui telepon genggam serta internet serta besarnya tekanan orang tua siswa yang mengharapkan anak-anak mereka agar bisa langsung “bekerja” setelah mereka lulus nanti.
Perubahan-perubahan yang akan dilaksanakan oleh sekolah sebaiknya direncanakan secara matang. Perubahan di sekolah antara lain berkenaan dengan; pergantian kepala sekolah, penerimaan siswa baru, pendekatan dengan lingkungan sosial di sekitar sekolah, pergantian karyawan, dan penghargaan pada siswa. Perencanaan yang telah dikomunikasi-kan dengan baik akan membawa perubahan ke arah perbaikan iklim sekolah. Pada gilirannya usaha ini akan menjadikan sekolah menjadi lebih produktif dan menjadikan seluruh civitas akademika yang ada disekolah tersebut menjadi lebih bahagia.

I.       PENELITIAN SEBAGAI REFLEKSI DARI PENGALAMAN DI LAPANGAN

Pendidikan global sebagai sebuah gerakan perubahan kurikulum merupakan suatu hal yang baru, dan sebagai konsekuensinya, penelitian di bidang ini masih terhitung langka. Beberapa penelitian yang telah dilakukan dalam bidang ini dapat dikelompokan menjadi empat kategori yang berbeda, seperti yang dikemukakan berikut ini:
1.      Developmental studies of students (studi tentang perkembangan siswa)
2.      Studies evaluating curriculum materials (studi evaluasi terhadap materi kurikulum)
3.      Action research involving the teachers themselves (penelitian tindakan kelas yang melibatkan guru-guru itu sendiri)
4.      Studies of changes in schools when global education is introduced into curriculum (studi terhadap perubahan disekolah saat pendidikan berwawasan global di masukkan ke dalam kurikulum) Tye and Tye, 1983
Berikutnya kita akan mencoba memaparkan secara lebih terinci tentang keempat kategori yang berkenaan dengan penelitan di bidang pendidikan global seperti yang telah disebutkan diatas.

II.1. PENCARIAN TERHADAP ILMU-ILMU BARU

Studi tentang perkembangan siswa memberikan arahan yang sangat berarti tentang bagaimana para siswa menyerap pelajaran dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata. Timbulnya kesadaran siswa akan jati dirinya, sebagai bagian dari etnis tertentu yang juga pada akhirnya memberikan kesadaran dalam diri mereka sebagai warga dunia, telah menjadi titik perkembangan penting dalam penelitian.
Menurut Hess dan Torney (1967) dalam Tye, anak-anak di Amerika yang berusia antara delapan hingga dua belas tahun memiliki keterbukaan terhadap ilmu pengetahuan tentang kultur dan sudut pandang lain yang ada di dunia dan mampu untuk menginternalisasikannya hingga tingkatan tertentu.
Pada sisi lain, penelitian Benham dan Tye (1979) tentang evaluasi efektifitas materi kurikulum pendidikan global, mengungkapkan bahwa menurut laporan guru-guru di sekolah, siswa memiliki minat yang tinggi terhadap materi dan pelajaran yang berkaitan dengan masalah-masalah global. Hal tersebut didasarkan pada penelitian tindakan kelas yang dilakukan guru-guru di kelas mereka masing-masing.

II.2. REVOLUSI BELAJAR SEBAGAI PENUNJANG PENDIDIKAN GLOBAL

Revolusi cara belajar adalah sebuah paradigma untuk mengubah dan memperbaiki cara-cara kita belajar seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di seluruh dunia. Hal ini diyakini akan dapat mempercepat pemahaman siswa untuk menyerap ilmu yang lebih banyak dan bermanfaat namun dalam waktu yang relatif singkat. Dalam buku Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution), Gordon Dryden & DR. Jeannette Vos (2001) mengatakan bahwa  “Belajar akan efektif bila dilaksanakan dalam keadaan fun” selanjutnya menurut mereka, ada delapan keyakinan utama yang menjadi dasar dalam revolusi belajar ini:
1.         Dunia bergerak dengan sangat cepat melalui titik-balik sejarah yang amat menentukan.
2.         Kita hidup di tengah revolusi yang mengubah cara hidup kita, berkomunikasi, berpikir, dan mencapai kesejahteraan.
3.         Revolusi ini akan menentukan cara kita dan anak-anak kita bekerja, mencari nafkah, dan menikmati hidup secara keseluruhan.
4.         Untuk pertama kalinya dalam sejarah, hampir segala hal mungkin dilakukan.
5.         Sayangnya, di setiap negara mungkin hanya ada satu dari setiap lima orang yang tahu benar cara memanfaatkan gelombang perubahan ini dengan cerdik-bahkan di negara maju sekalipun.
6.         Jika kita tidak mampu mencari alternatif penyelesaian atas persoalan tersebut, 20% elit akan menikmati 60% pendapatan nasional, sedangkan 20% yang termiskin hanya mengecap 2%.
7.         Oleh karena itu, kita membutuhkan revolusi belajar untuk mengimbangi revolusi informasi, agar semua orang dapat menikmati keuntungan bersama-sama dari potensi sumber daya manusia yang luar biasa.
8.         Untungnya, revolusi tersebut -yang membantu kita mempelajari segala hal secara lebih cepat dan lebih baik-  juga berjalan semakin cepat.
Tentang masa depan, mereka mengatakan bahwa ada 16 kecenderungan utama yang akan membentuk dunia di masa depan, yaitu:
1. Zaman komunikasi instan
2. Dunia tanpa batas-batas ekonomi
3. Empat lompatan menuju dunia tunggal
4. Perdagangan dan pembelajaran melalui internet
5. Masyarakat layanan baru
6. Penyatuan yang besar dengan yang kecil
7. Era baru kesenangan
8. Perubahan bentuk kerja
9. Perempuan sebagai pemimpin
10. Penemuan terbaru tentang otak
11. Nasionalisme budaya
12. Kelas bawah yang semakin besar
13. Semakin besarnya jumlah manula
14. Ledakan praktik-mandiri
15. Perusahaan kooperatif
16. Kemenangan individu
Dari paparan diatas terlihat bahwa selain dari pada kerjasama yang semakin meningkat dalam perdagangan internasional, juga penekanan pada kualitas kerja individu yang semakin tinggi disertai dengan perubahan bentuk kerja yang menjadi lebih efisien. Hal ini akan mendorong pada meningkatnya harapan hidup manusia serta kepuasan mereka atas hasil kerja yang pada giliranya akan membuat hidup menjadi lebih baik.
Ada lima teori utama yang diungkapkan Dryden dan Vos (2001), dalam buku Revolusi Belajar yang diterbitkan dan diterjemahkan oleh Mizan, untuk mendukung pendidikan di era global ini, yaitu:
1.      Esensialisme; yaitu yang berkenaan dengan memberikan mata pelajaran inti yang dibutuhkan bagi pendidikan yang baik.
2.      Ensiklopedisme; mata pelajaran dasar dengan cakupan yang lebih luas dan terbuka bagi semua orang.
3.      Model pendidikan awal yang berbasis indra; Aristoteles mengemukakan bahwa pengetahuan berawal dari penyerapan melalui panca indera kita.
4.      Gerakan pragmatis yang berorientasi pada anak; John Dewey yang merintis aliran ini di Amerika, sekarang ada dua aliran utama, yang pertama berorientasi pada anak sebagai pribadi, sedangkan yang kedua pada rekonstruksi masyarakat.
5.      Pendekatan akal sehat (common sense); yaitu seiring dengan munculnya pengetahuan baru melalui penelitian-penelitian, sehingga kita bisa memilih yang terbaik dari semuanya dan berpikiran terbuka terhadap segala perubahan.
Mengigat pentingnya kelima teori diatas, untuk itu kita perlu lebih mengenal cara kerja otak dan bagaimana memori tentang sesuatu yang kita pelajari tersimpan di dalam otak kita yang mengagumkan.
Pada kenyataannya, kita memiliki satu triliun sel otak dimana setiap satu dari 100 miliar neuron tersebut dapat tumbuh bercabang hingga sebanyak 20.000 buah dan otak kita memiliki empat bagian otak yang berbeda: otak naluriah, “otak penyeimbang”, otak emosional, dan korteks yang mengagumkan.
Selain dari pada itu, otak kita memiliki dua sisi yang bekerja secara harmonis: otak kiri yang bersifat “akademis” dan otak kanan yang bersifat “kreatif” yang menjalankan “pertukaran telepon” yang mengirimkan jutaan pesan per detik antara sisi kiri dan kanan.
Otak kita pun memiliki berbagai “pusat kecerdasan” yang beroperasi dengan sedikitnya empat jenis panjang-gelombang yang pada gilirannya mengendalikan sistem transmisi yang mengirimkan pesan kimiawi-elektris dengan cepat ke seluruh bagian tubuh.
Dalam buku ini disebutkan pula bahwa kontribusi IQ paling banyak sekitar 20% terhadap keberhasilan hidup sehingga 80% sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain: sehimpunan faktor yang disebut kecerdasan emosional
Belajar sejati secara cepat dan menyenangkan adalah sesuatu yang baru bagi para guru dan pelatih masa depan. Dari penelitiannya diseluruh dunia, Dryden dan Vos menemukan bahwa seluruh program pelatihan dan pendidikan yang baik mempunyai enam prinsip kunci. Yaitu hal-hal yang akan mendorong siswa untuk dapat belajar dengan lebih cepat, lebih singkat dan dapat memahami dengan lebih muda. Keenam prinsip tersebut adalah:
1. “Kondisi” terbaik untuk belajar, yaitu dengan mengubah suasana belajar menjadi bersahabat dan tidak menakutkan.
2. Kunci-kunci presentasi yang baik, yang melibatkan seluruh indra dan sekaligus membuat rileks, menyenangkan, bervariasi, cepat dan menggairahkan.
3. Pikirkan sesuatu, dan memori terdalam akan menyimpannya, Lozanov mengatakan ada tiga tembok mental dalam belajar; tembok kritis –logis, tembok intuitif- emosional dan tembok kritis-moral.
4. Ekspresikan hasil belajar, dalam hal ini permainan, lakon pendek, diskusi, dan drama dapat memperkuat jalur-jalur pelajaran.
5. Praktikkan! Yaitu dengan membuat siswa saling mengajari; dengan menggunakan peta pikiran dalam mencatat poin-poin penting dalam pelajaran.
6. Tinjau ulang, evaluasi, dan rayakan setiap keberhasilan siswa dalam mempelajari sesuatu hal yang baru.

II.3. REVOLUSI SEKOLAH UNTUK MEMPERSIAPKAN MASA DEPAN

Dalam bukunya Revolusi Sekolah Fahd Jibran mengatakan bahwa suasana sekolah akan sangat mempengaruhi cara belajar siswa dan berkaitan langsung dengan jumlah ilmu yang bisa diserap oleh otak kita. Hal ini didukung oleh Hernowo dalam pengantar buku itu yang mengatakan bahwa sekolah haruslah menyenangkan (fun) agar otak biasa berpikir secara optimal, karena otak adalah bagian yang paling berperan penting pada saat sedang menyimak pelajaran di kelas. Selanjutnya menurut Hernowo dalam buku Quantum Learning oleh Bobby dePotter disebutkan bahwa emosi positif akan membuat kerja otak optimal.
Emosi positif adalah emosi yang membuat seseorang berada dalam keadaan nyaman, senang, leluasa dan lapang. Suasana sekolah yang terlalu menekan akan menyebabkan keengganan atau mogoknya siswa untuk datang ke sekolah. Menurut  informasi dari majalah TIMES edidsi 15 April 2004 ‘Pada tahun 1999, ada 130.000 anak sekolah dasar dan SMP di Jepang yang menolak untuk hadir di sekolah selama lebih dari sebulan. Diantaranya benar-benar tidak mau masuk sekolah lagi. Mereka tertekan oleh kelas yang terlalu ramai, guru-guru yang terlalu otoriter, keharusan mengenakan seragam, bahan-bahan pelajaran yang overload, serta gangguan dari pelajar senior.
Selanjutnya, Hernowo menerangkan dalam buku Accelerated Learning, bahwa fun yang dimaksudkan disini adalah timbulnya minat siswa , dan adanya keterlibatan penuh mereka dalam belajar, serta terciptanya makna, pemahaman, dan nilai-nilai yang membahagiakan bagi si pelajar itu sendiri.
Menurut Dryden dan Vos (2001), model sekolah yang ada di masa lalu sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan jaman saat ini, sehingga saat ini diperlukan lagi terobosan-terobosan baru yang diperlukan oleh sekolah masa kini untuk mempersiapkan siswa ke arah kemajuan jaman. Menurut mereka ada 13 Langkah menuju masyarakat pembelajar di abad ke-21, yaitu:
1. Peran baru komunikasi elektronik
2. Pelajari komputer dan internet
3. Perlunya perombakan dramatis dalam pendidikan orangtua
4. Prioritas layanan kesehatan bagi anak-anak
5. Program pengembangan anak
6. Kita dapat mengejar ketertinggalan pada usia berapa saja
7. Melayani setiap gaya belajar individu
8. Belajar tentang cara belajar dan cara berpikir
9. Apa yang seharusnya diajarkan di sekolah?
10. Belajar dengan empat tingkat
11. Tiga tujuan belajar
12. Di mana seharusnya kita mengajar
13. Berpikirlah terbuka dan komunikasikan dengan jernih
Sebagai sebuah contoh tentang sekolah yang berwawasan global, berikut ini akan dipaparkan sebuah model sekolah masa depan dari Swedia
  • Dirikan sebuah sekolah untuk anak-anak dari usia 3 tahun: “sekolah yang luar biasa untuk anak biasa”
  • Tetapkan moto: “Sebuah sekolah yang menghargai ayam dan komputer”-memadukan alam dengan teknologi terbaik dunia
  • Kembangkan konsep kecerdasan ganda supaya pendidikan disesuaikan dengan bakat, dan kemampuan unik siswa
  • Dirikan “Pelabuhan ilmu” sebagai pusat teknologi informasi, dengan tiga cabang: pusat produksi dan komunikasi multimedia, penerbit multimedia khususnya di bidang materi belajar, pusat pembelajaran bagi guru dan lainnya yang berurusan dengan anak
  • Buat dua proyek lain untuk mempromosikan konsep belajar sepanjang hayat:
N Sebuah “sekolah tanpa dinding” sehingga para murid bisa belajar dari                              berbagai pengalaman
N Sebuah pusat multimedia yang berfungsi sebagai sumber daya keluarga dan masyarakat
PENDIDIKAN GLOBAL SEBAGAI SEBUAH GERAKAN SOSIAL
Menurut Gus Field (1970 dalam Tye) sebuah gerakan sosial didefinisikan sebagai ‘program or sets of actions by a significant number of people directed toward some social changes’. Jadi sebuah perubahan sosial hanya bisa terjadi bila dilakukan oleh sejumlah orang yang menjalankan sebuah tindakan atau program yang terstruktur.
Penekanan bagi pendidikan global sangatlah mirip dengan sebuah pergerakan sosial. Kita akan mencoba melihatnya dalam lima perspektif berikut ini.
1. The conditions which produce the movement
2. Membership in the movement
3. The socio political context whitin which the movement resides
4. Structural properties of the movement
5. Behaviors of the members of the movement

III.1. The conditions which produce the movement.

The conditions which produce the movement adalah kondisi yang bisa menyebabkan sebuah pergerakan perubahan di dunia antara lain karena adanya kejenuhan dalam sistem pendidikan yang konvensional. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan di kalangan pendidik sehingga mereka merasa harus terlibat di dalam gerakan untuk memperbaiki pendidikan lebih ke arah tuntutan zaman saat ini.
Secara singkat kondisi-kondisi yang memenuhi tuntutan akan pendidikan global antara lain:
1.      An increasing awareness of worldwide systemic interdependence (adanya kesadaran dari saling ketergantungan secara sistemik di seluruh dunia)
2.      The promotions of the movements by the agencies which are viewed by practitioners as legitimate and which process knowledge and recources needed by those practitioners (pergerakan ini didukung oleh pihak-pihak praktisi yang memiliki pengetahuan dan sumber daya yang diperlukan bagi pergerakan ini).
3.      The existance of a few people in the schools who already believe in the movement (adanya beberapa orang di sekolah-sekolah yang mempercayai pergerakan ini).
4.      A significant number of people who feel that global education holds promise to develop cross cultural understanding in schools’ setting, which are becoming more and more ethnically deverse (adanya sejumlah orang yang merasa bahwa pendidikan global memberikan sebuah harapan untuk membentuk pemahaman antar kultur di lingkungan sekolah yang menjadi semakin etnis beragam).
5.      The perent of at least a few people who are disenchanted with the present system and who see global education as having some possibility of serving as a vehicle for change(adanya ketidak puasan beberapa orang terhadap sistem saat ini dan melihat bahwa pendidikan global memberikan kemungkinan untuk menuju suatu perubahan).

III.2. Membership in the movement

Keanggotaan dalam pergerakan ini merupakan sebuah kolaborasi antara guru-guru dengan staf akademis di setiap sekolah. Tujuannya agar sebanyak mungkin orang yang terlibat dalam keanggotaan pegerakan untuk pendidikan global ini.

III.3. The Socio Political Context Within Which The Movement Resides

Lamy (1988-1990) melakukan observasi yang menunjukkan bahwa sangatlah tidak mungkin untuk menghindari kontroversi pada saat mengajarkan isu-isu global atau internasional. Dia menunjukakan bahwa kontroversi harus dianggap sebagai bagian yang esensial di dalam proses mengajar. Para siswa harus diajarkan untuk mengamati kompleksitas dari adanya isu global yang akan mempengaruhi keluarga dan tetangga mereka dan bahkan seluruh manusia. Masalahnya terletak pada adanya orang-orang yang mempunyai pandangan yang berbeda yang merasa bahwa pendapat merekalah yang paling benar. Dan sekolah seharusnya mengajarkan sudut pandang mereka sebagai sebuah kebenaran.

III.4. Structural properties of the movement

Ciri-ciri struktural dari pergerakan ini terdiri dari lima hal;
1.      Legitimasi
2.      Arus pengetahuan
3.      Pemanfaatan sumber daya
4.      Pembentukkan sebuah tim
5.      Profesionalisasi
Dalam konteks sosio politis yang sudah didiskusikan sebelumnya adalah penting untuk selalu menciptakan kesempatan untuk melegitimasi gerakan ini bagi para administratur, guru-guru, dan anggota komunitas secara keseluruhan.
Transfer pengetahuan sangat berkaitan erat dengan pemilihan materi yang akan digunakan di dalam pengajaran di sekolah. Materi tersebut terlebih dahulu dibicarakan dengan staf di sekolahan yang kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data untuk melihat kemungkinan terjadinya globalisasi dalam kurikulum. Selanjutnya digunakan pula newsletter untuk memberikan pengetahuan dan penyebaran informasi tentang pendidikan global. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan menyelangarakan workshop tentang topik-topik yang telah dipilih oleh guru tergantung pada minat mereka.

iv. SIMPULAN

Akan dibutuhkan waktu yang agak lama sebelum pergerakan pendidikan global mencapai seluruh sekolah di negara ini. Walaupun fakta menunjukkan bahwa kondisi yang terjadi di dunia menuntut adanya sebuah perubahan yang sangat diinginkan terhadap pendidikan glonbal namun pada sisi lain kondisi sosial politis di sekolah-sekolah tidak selalu mendukung adanya perubahan ke arah pendidikan global ini. Dibutuhkan banyak usaha dan partisipasi yang lebih luas dari para siswa, guru, staf sekolah, dan orang tua untuk lebih memahami tuntutan terhadap perubahan menuju arah pendidikan yang lebih global.
DAFTAR PUSTAKA
Bloomer, H., 1969, Symbolic Interaction: Perspective and Method, Prentice Hall Inc
DePorter, Bobbi and Mike Hernarcki, 1992, Quantum Learning: Unleashing the Genius in You, Dell Publishing, New York
Dryden, Gordon & DR. Jeannette Vos, 2001, Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution), Kaifa, Bandung
Gardner, Howard, 1983, Frames of Mind, Basic Books, New York
Goleman, Daniel, 1996, Emotional Intelligence,Bloomsbury, London
Hess, R., and J. Torney, 1967, The Development of Political Attitudes in Children, Aldine Publishing Co.
Jibran, Fahd, 2006,  Revolusi Sekolah, Mizan, Bandung
Lamy, S.L., 1988, Worldviews Analisys of International Isues in Contending Perspectives (Lynne Rienner Publsihers)
___, 1991, A Conflict of Images: The Controversy Over Global Education in US Schools, in K. Tye, ed., Global Education; From Thought to Actions
Tye, Barbara Benham dan Kenneth A Tye, 1992, Global Education: A Study of School Change, State University of New York

Tidak ada komentar:

Posting Komentar